Beberapa hari yang yang lalu saya giat-giatnya bikin twit berbahasa bugis, entah ada angin apa. tapi serasa ada hasrat yang mendorong jari-jari ini menuliskan kata-kata yang bagi saya pun sulit untuk di mengerti. sulit bukan berarti tidak bisa kan..haha.. meski terbata-bata, kurangkai kata demi kata akhirnya bisa membentuk suatu kalimat utuh yang saya sendiri tidak pernah mendengarnya. aneh memang, jika didengarnya. tapi kupikir mungkin karena saya besarnya di keluarga yang aslinya sehari-hari memakai bahasa bugis jadi untuk hal seperti ini bukan menjadi hal yang tidak mungkin.
selebihnya saya tidak mau jika twit-twit tadi hanya akan berakhir di timeline twitter saja, akhirnya beginilah saya menuliskan sebuah artikel yang berisikan twit-twit tadi. seperti di bawah ini.. sedikit saya akan menjelaskan apa-apa yang saya maksud disini.
"engka tangnga napaitaa tau riolo.. iyanaritu paseng.. magae riaseng paseng?"
_bahwa ada sebuah pandangan yang telah digambarkan oleh orang-orang sebelum kita, sebuah pesan "amanah", manakah yang menjadi amanah?
"paseng ripancaji sennungeng, sennungeng mappakangka gau, gau mappakangka tau, tau mappalebbang atuong."
_pesan(amanah)-lah yang dijadikan tuntunan, dari tuntunan tercermin perbuatan, dari perbuatan tercermin kemanusiaan, kemanusiaanlah yang membuka jalan baik dalan berkehidupan.
"engka tau mabbura mali mpawe solo, bura'i na tau, mali'i na tuo, mpawe'i na sabbara, solo'i na riaseng itoto"
_manusia bak sebatang pisang di sungai yang berarus.. manusia ibarat sebatang pisang, hanyut dalam lembah kehidupan, dalam hanyut terkadang ia tertimpa arus besar, dan terbawa ke arus kecil, lalu berulang...namun hanya kesabaranlah yang tak boleh lepas di jiwanya, karena arus yang menimpanya adalah rangkaian kecelakaan yang membentuk takdir dan jalan hidup bagi si manusia tadi.
"lila kupancaji gau, gau kupancaji sabbe, ada pi naku tettong, mateang pi
naku soro, matammu na warekkeng getteng gau' na la baso sumange.."
_yang
berasal dari lidah-lah yang kujadikan perbuatan, apa yang telah
kulakukan itu-lah yang menjadi bukti, barulah saya akan berdiri tatkala
lepas sudah lidah ini berkata, baru pulalah saya akan selesai seketika
mati sudah menghampiri, biarkan-lah matamu yang merekam jejak-jejak
seorang lelaki berselimut semangat.
nah kalo twit dibawah ini jadinya tengah malam, cuma sebatas menggambarkan suasana malam, tapi lagi-lagi saya terdorong memakai ungkapan-ungkapan berbahasa bugis. berikut inilah yang saya maksud.
"la uleng penni.. poleni sumange anging nawa-nawa na la puang.. siduppa ni dua solo' na tajang ri anging tengga labunna essoe.."
_si bulan malam.. telah datang sekumpulan imaji yang merasuk sukma seorang pemuda, bertemunya dua arus terang diatas awan malam selepas senja"
"maini matindro..na mita toi esso ri mundrinna la tau riolo."
_marilah kita tidur, karena esok adalah hari yang telah diperjuangkan orang-orang sebelum kita.
saya sering kagum dan bangga membaca tulisan-tulisan berbahasa bugis, entah serasa disuntik vitamin semangat 45 lalu alirannya menyebar keseluruh sel-sel darah. tumbuh besar dan sering mendapat siraman seperti ini dirumah terkadang memumculkan kerinduan tersendiri untuk membaca hal semacam ini lagi dan lagi, beginilah mungkin dan jika sempat membuat tulisan sendiri tentang apa yang sedang terlintas. menulis seperti ini juga ternyata menambah kenikmatan rasa dalam hal tulis menulis yang sering saya lakukan, seperti menemukan setitik air surga mungkin jika tak lebay sekali digambarkan. haha, makanya untuk tulisan ini saya beri judul tulisan nikmat sajalah.. anyway...semoga yang sempat saya tulis bisa bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Post a Comment