Deng Ile: Mahasiwa Makassar dan Perang-Perangnya

November 30, 2013

Mahasiwa Makassar dan Perang-Perangnya

Mahasiswa Makassar, apa yang ada di benak teman-teman ketika mendengar kata tadi, Mahasiswa yang di identikkan dengan keterpelajarannya atau sekumpulan manusia anarkis? benar.. wajah mahasiswa makassar kian terseok bak karang tergerus ombak. bagaimana tidak maraknya peperangan antar kelompok ditambah pemberitaan di media massa kian memperkeruh citra sosok satu ini.

saya adalah salah seorang Mahasiswa yang kuliah di Makassar, bukan hal aneh lagi jika mendapat sms ato teguran untuk bersiaga ketika permasalahan antar ras, kelompok, bahkan organisasi lagi memuncak di daerah tempat tinggal saya. bukan pula sebuah keheranan jika berkunjung ke kosan teman dan mendapati kamar yang yang dipenuhi parang, badik, busur, bahkan senjata rakitan. sepertinya mahasiswa di makassar memang tak akan pernah hilang dari pergolakan anarkisme dan perang-perangnya. tapi mungkinkah anda pernah berpikir kenapa hal-hal se ekstrim ini bisa terpelihara di tanah Makassar? iya, saya harus jujur dan bilang kalau hal-hal semacam ini adalah barang yang dipelihara, 3 tahun saya kuliah di Makassar saya sudah banyak belajar soal begini-begitu dengan hal semacam ini. bahkan jika dipelajari lebih dalam hal-hal semacam ini memang terpola, dan sangat mudah untuk di tebak. dalam hal ini saya tidak ingin memojokkan sebuah golongan baik itu mahasiswa, organisasi, organda, polisi, atau bahkan birokrasi kampus. namun coba telaah lebih lanjut mengenai perkembangan isu pada setiap masalah yang terjadi, berbagai kemungkinan muncul bahkan dari sesuatu yang tidak di prediksi sebelumnya.

satu keyakinan ku yang tertanam akhirnya yaitu "semua masalah yang muncul, bukan tidak mungkin ada pihak yang sengaja mengaturnya, dan bukan tidak mungkin itu adalah pihak yang kita anggap pelayan kita sendiri" selalu ada kepentingan, politik, cari muka, eksistensi, bahkan untuk mempererat tali silaturahmi antar anggota kelompok, biasa dibuatkan sedikit masalah sebagai pemantiknya. aneh atau tak waras? entah bagaimana, tapi sayangnya banyak pihak yang terlena dengan ketidak-tahuanya. terbuai oleh pikiran memojokkan sepihak saja dengan tidak menyempatkan berpikir, seperti antara mahasiswa yang lagi dalam masalah, kebanyakan mikir, ahh mahasiswa sekarang memang begitu, masukan saja kepenjara, supaya jera...katanya. tapi tahu tidak masalah yang di alami mahasiswa siapa yang mengaturnya? nama mahasiswa itu sebenarnya cuma korban dalam hal ini, korban dari kepentingan-kepentingan berbagai pihak tadi. mungkin kalian akan mengelak, ahh mana mungkin pihak dalam mau merusak diri-sendiri. ehh, jangan salah om. coba kita kembali mengingat-ingat masalah yang pernah terjadi, kapan? setelah terpilihnya walikota? setelah dilantiknya pak gubernur? sebelum pembangunan atau perbaikan kampus? atau pengalihan isu? coba kita ingat-ingat.. dan tak usah terlalu jauh. beberapa minggu terakhir ini suasana Makassar kembali mencekam. mungkin tidak di tempat anda minum teh, tapi di tempat Mahasiswa.  kira-kira peristiwa berentet ini diatur oleh siapa? dari mulai penembakan mahasiswa oleh oknum kepolisian, penyerangan dari satu kelompok terhadap kelompok lain, pembakaran kampus, penikaman mahasiswa,  dan banyak lagi. ini terjadi tidak kurang dari 2 bulan terakhir. setelah itu mungkin sudah harus berpikir apa-apa penyebabnya, apa mungkin cuma karena tendensi antar Mahasiswa? ato ada kasus lain yang seharusnya tidak lagi dipikirkan masyarakat luas? atau ada yang yang lagi cari muka, yah walikota baru kan yah? atau mungkin juga mahasiswa di obok-obok supaya hilang dalam benaknya memperjuangkan nasib bangsa di jalan? atau bisa jadi - bisa jadi ada hal lain yang lebih kritis.

lalu jika begini keadaannya, apa solusi yang seharusnya kita pikirkan? saya sebelumnya juga berpikir mencari solusi untuk bisa kuceritakan ke teman-temanku tapi kemudian saya berpikir lain, tak mesti ada solusi-solusi jika benar begini adanya, intinya masyarakat harus bepikir luas dan tak mau terbuai angin-angin dari media massa, masyarakat harus intelek dan tak mudah terprovokasi, masyarakat harus tahu dulu intinya. nah, jika masyarakat pintar dalam menghadapi dan menanggapi setiap masalah seharusnya orang yang sering mengatur masalah-masalah seperti tadi pastinya akan berpikir beberapakali. selain itu dibutuhkan masyarakat dan mahasiswa yang kritis melawan ketidak tenangan seperti ini. saya kira cuma itu, jadi pertama-tama masyarakat harus tahu dulu bagaimana si mahasiswa ini, barulah bisa men-judge bagaimana mahasiswa itu. dan jangan kira cuma mahasiswa, bahkan pengayom dan media pun pastinya tak luput dari kesalahan bukan?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post a Comment