Deng Ile: Gunung Bunder dan sedikit Teknik Survival dari Pak Tajan

Maret 23, 2015

Gunung Bunder dan sedikit Teknik Survival dari Pak Tajan


2008 - Cibubur. Raimuna Nasional menjadi jembatan bagi saya menemukan beberapa teman, pengalaman baru, interaksi yang tidak bisa saya lakukan tiap hari dan belajar banyak dari berbagai macam Anggota Pramuka lain dari berbagai macam daerah. kali kedua saya turut mengambil bagian di kegiatan dengan skala nasional dan benar sampai saat ini saya masih ingat beberapa teman seperti dearel mandagi dari sulteng atau Imam dari Kalimantan, ada juga bukan peserta seperti Ewang dari jakarta (Pengisi Materi).



Beberapa hari mengikuti kegiatan di Bumi Perkemahan (buper) akhirnya untuk kegiatan selanjutnya saya terpilih untuk membawa nama regu mengikuti kegiatan diluar Buper. disalah satu gunung yang terletak di Bogor. waktu itu saya tidak tahu juga kalau saya ada di Bogor. setahu saya ada puluhan mobil tentara yang mengangkut kami menuju lokasi. memasuki hutan, perkampungan diselingi hutan. beberapa kali diteriaki kumpulan anak kecil yang sedang asik menikmati pemandangan yang tidak setiap hari mereka bisa lihat. dan setelah beberapa jam akhirnya si sopir truk tentara yang saya tumpangi menginjak rem dan tidak lagi ditambahi dengan pijakan gas, artinya kita seharusnya sudah sampai dilokasi yang dituju. DODIKLATPUR Sumpeh Lo!

Iya kita diturunkan tepat dilokasi pelatihan abang-abang TNI, hawa dingin lansung menyergap sampai tulang belakang seketika itu saya berbisik dalam hati. "Saya Bakal kedinginan nanti malam, Pastimi, ndada jalan lain.. " sejauh ini saya belum membuat jalinan pertemanan dengan beberapa korban disini, ya sudah saya acuh bahasa dan gaya berbicara saya yang tidak baku juga belum tentu mereka terima begitu saja. tapi dalam hati saya berkata lain. ohh please. make a friend. dan yap saya nemu juga tempat bobo saya. ruangannya luas, bersih, etthh tapi yang masuk juga banyak. sekitar 4 regu berbaris memanjang jadi kira-kira ada 12 regu dalam ruangan tersebut. masing-masing regu berangutakan 8-10 orang jadi dalam ruangan tersebut bisa dipastikan terisi anak pramuka sejumlah.. ahh sudahlah setelah barang saya packing baik-baik dan merasa sudah aman saya berjalan keluar mencari sudut pandang yang bisa mengisi otak. belum sempat melangkahkan kaki setelah bersepatu hujan sudah mengguyur meski tidak begitu lebat namun saya masih waras dengan membasahi baju yang saya pakai ini kemungkinan kedinginan saya di malam nanti akan lebih parah. okey saya melangkah masuk ke area regu saya. bahkan setelah beregu saya belum mengenal mereka yang sedari tadi sudah tenggalma dengan topik bahasan mereka. saya duduk diantara lingkaran yang mereka buat dengan tas ransel masing-masing, beberapa dari mereka masih sibuk mengepak barang yang mereka bawa. entah itu penyakit atau sekedar hobby sebagian dari ruangan ini sepertinya tidak yakin dengan apa yang mereka bawa sehingga pas sampai harus menyibukkan diri untuk mengepak ulang berang mereka. sampai sekarang saya masih heran. kembali kesudut ruangan sisi terjauh dari pintu keluar tepat dimana saya sedang duduk menindih daypack merah berwarna merah milik saya, saya memandangi dua orang yang sedang serius membicarakan kesehatan. satunya sekitar 2 tahun lebih tua dari saya kelihatan dari raut muka dan jenis pakaian yang dia pakai dan yang satunya sepertinya lebih muda dari saya atau mungkin kita seumuran hanya saja dia tampak lebih muda karena punya kulit putih dan bibir yang merah. okey kita kenalan nama saya ilo, dan yang tampak muda tadi membalas dengan menyebut namanya dearel... dearel mandagi. saya ilo.. ilo ilo cayang celalu. oke nggak! ilo.. ilham jaya. sementara yang tua'an tadi masih melanjutkan bahasan mengenai kulitnya yang memerah ketika terkena air hujan dengan dugaan yang menurutnya dikarenakan sewaktu kecil ketika sakit selalu meminum obat murah yang biasa ia dapat di kios eceran. intens hujan mulai menurun saya memutuskan keluar membeli sesuatu. "bu..rokok satu" dan tanpa sadar dearel juga keluar untuk beli rokok. oke sepertinya kita sama-sama pengisap asap, kita bisa jadi teman. sampai saat ini saya sudah dapat satu teman.

Sore itu kegiatan dimulai dengan mengumpulkan para peserta di lapangan. Materi Survival, setiap anggota sepertinya sudah tahu isinya tapi disini, keadaannya beda. saya dari tadi tidak berhenti mengisap kretek dari warung lantaran dingin bahkan menembus jaket kulit yang beberapa hari lalu saya beli di PRJ. Pak Tajan, Pemateri lantas memperkenalkan nama dan spesifikasi keahliannya. Pak Tajan kira-kira berumur 45-50 tahun waktu itu seorang yang akhirnya bisa membawa saya mamakan ular hidup yang masih berdarah-darah dan membakar kadal besar lalu memakannya sore itu. pak tajan melakukan tugasnya dengan baik, saya akhirnya tahu gimana cara bertahan di hutan terutama jika medannya dingin dan basah seperti gunung bunder. dada saya kepanasan setelah menyantap sajian sore dari pak tajan hingga tak membuat saya ragu untuk menikmati jernihnya air kolam disamping lapangan. beberapa pramuka berseliweran di sekitar kolam bersama teman-teman mereka dan setelah maghrib tiba saya kembali ke base camp regu.

Malam yang dinginnya menusuk tak menghentikan langkah saya untuk keluar mencari hal-hal unik seperti membahas tanda pengenal seorang kaka pendamping. namanya diawal dengan huruf RM. membuat mulut saya melepaskan suara tanya yang mengalihkan pembicaraannya dengan teman sebangkunya diwarung tadi. RM? lantas dia jawab. dengan rendah hati mas satu ini menjelaskan Asal Kata RM yaitu Raden Mas. meski awalnya saya sempat ingin berkata itu singkatan untuk Rumah Makan tapi karena saya suka cara penjelasannya akhirnya kami larut dalam bahasan sosial jawa dan mas ini menjadi pembicara yang baik malam ini. mulai larut saya akhirnya pulang dan beristirahat bersama anggota regu lainnya.

Dinginnya pagi membuat saya enggan keluar dari persembunyian. tapi ahh saya harus pulang ke cibubur. sekitar jam 11 kami semua pulang dengan hati yang damai, dan sedikit tahu dunia gelap TNI dihutan. setidalnya suatu saat nanti jika saya harus hidup bertahan dihutan saya tahu kalo ular hitam pun bisa jadi santapan sekaligus obat untuk mencegah bisa ular. terima kasih untuk pak tajan dan segenap kaka pendamping yang bersedia menemani kami disini. i miss u all of you. someday till we meet again.

2 komentar:

Post a Comment