Deng Ile: Mereka adalah teman-teman Kita

Juli 02, 2015

Mereka adalah teman-teman Kita

Saya punya sepotong cerita yang belum pernah saya sampaikan ke orang-orang. ini tentang pertemanan yang begitu dekat antara saya dan yang lainnya. ilustrasi diatas tidak ada hubungannya dengan apa yang akan anda baca selanjutnya. turunlah...

Teman, adalah mereka yang selalu ada bersama kita. Mereka yang setia menemani perjalan kehidupan kita. Mereka yang selalu hadir mengisi ruang dengar, relung hati serta penglihatan kita ketika mata sedang berkaca-kaca karena kesedihan atau berkaca-kaca karena kegirangan bahkan ketika kering sudah mata ini Mereka tetap enggan meninggalkan kita. Teman tak enyah, karena berteman begitu renyah.

Saya sedang duduk diruang tengah disebuah rumah tua yang ada dikampung. Seperti biasanya saya bersama Teman baik saya yang rajin berkunjung. Ruangan ini berukuran 3 x 4 meter yang dindingnya sudah lecek tergores paku serta benda runcing yang biasa saya pakai menuliskan nama atau sekedar menuangkan imaji. Tak banyak cahaya yang menembus jendela kaca yang tepat menghadap timur karena Matahari ternyata masih enggan keluar dari balik awan hitam yang menyelimuti desa ini.

Tidak baik juga rasanya anda sudah sampai disini tapi tak berkenalan dengan teman-teman saya. Hmm, Oke saya kenalkan satu-satu mulai dari yang paling tua.

Teman yang pertama namanya  Korupsi . Kami hanya menyebut satu dari tiga namanya. Lihatlah betapa kikirnya kami kepadanya yang tidak menyempatkan untuk menyebutkan nama lengkapnya. Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Padahal dia sudah bersama kami puluhan tahun, bahkan kita makan bersama men, tidur selangit bersama, sepulau, ahh jahat sekali saya. Satu-satunya teman yang selalu membuat saya merasa Lebih yah cuma dia. Sekali seminggu atau sebulan ada kabar darinya dan tiap dia muncul kepermukaan entah dari mana asalnya ada yang memicu perasaan sok suci yang tiba-tiba menyelimuti raga ini. Hmm betapa indah perasaan ini. Tapi sebentar lagi sepertinya saya akan muak habis-habisan.

 Banjir , Saya perkenalkan teman selanjutnya yang tidak begitu sering ngumpul dan nonkrong sama kita-kita disini. Dia lebih senang datang kalau saya di Makassar, meski jarang tapi sekali datang dia pasti meninggalkan bekas. Entah itu hanya bungkus Mie Instan yang berserakan atau sekedar bau dan bekas lembab yang mengitari dinding kamar Kosan saya. Dia bisa pergi tapi pasti akan datang kembali. Kesal? Nggak lah..! Kapan lagi menikmati pemandangan kota yang dijejal air laksana Venesia di Italia, "Maaf Daeng Ipul, istilah ta saya pinjam". Dari mereka, banjirlah yang paling banyak mengajarkan saya arti hidup. Selepas Hujan yang deras selalu ada pelangi yang yang membias. Banjir membangkitkan emosi saya dalam bersih-membersihkan. Lantai yang biasanya hanya tergerus sapu kini kembali menjadi licin bertumpah sabun lantai yang bisa saya beli di toko dekat kosan. Meski tak lagi disini tapi baru saja dia menelepon, Katanya akhir tahun nanti dia akan datang lagi. Yang sabar yah friend..itu kata dia sebelum bunyi tut...tut..tut...bersambut di telepon.

Nah kalau Teman disamping saya ini selalu disambut meriah tiap kedatangannya. Heran, ada gejolak yang selalu membuat kami beramai-ramai menuliskan kata sambutan meski itu hanya di selembar kertas berukuran 60 sentimeter persegi. Dengan mengikat sehelai kain dikepala atau hanya helm berstandar nasional kami rela turun kejalan berpanas-panasan menyambut kedatangan Teman yang hangat ini. Namanya  BBM Naik , saya sebenarnya agak kurang simpatik dengan teman satu ini. Dia tidak konsisten, Kadang Naik Kadang turun. Kalau naik harga sembako ikut naik tapi giliran turun harga sembako ehh malah diam-diam saja. Kalau mau naik yah naik saja, kita dukung kok. Kalian kan dari tanah kita juga, Kalau mahal kan kita juga yang bangga.

Yang terakhir, itu yang duduk dipojok. Namanya  Televisi , tiga teman saya sebelumnya tidak ada apa-apanya dibanding yang satu ini. Televisi lah yang memperkenalkan saya dengan mereka. Hebatnya lagi, dia mampu membuat saya yang duduk disini semakin dekat dengan ketiga teman saya tadi. Paling banyak tahu, kadang bicara ngelantur, kadang membicarakan kejelekan teman lainya kadang juga memuji teman tadi bak dewi-dewi surgawi yang baru saja mandi disungai firdaus. Itulah yang membuat saya senang, dia punya banyak warna. sebenarnya banyak teman yang ia tawarkan tapi ahh tiga teman tambah satu saya rasa cukup. Dari si Tivi saja saya sudah bisa belajar banyak, saya bisa saja nantinya jadi koruptor seperti teman yang tadi atau mungkin pembunuh anak 8 tahun, atau.. emm Begal-begal yang berkeliaran ditengah malam. hahaha... Kenapa...? kalian mau protes? jangan protes sama saya dong. Coba tanyakan sama si Televisi.

Gimana? sudah kenal dengan teman-teman saya? ahh tunggu jangan-jangan bukan cuma saya yang berteman dengan mereka. zzrrrssstt!!!!!!!!!!!! - Kaca Buram Kesemutan.

#KemudianHening - 01:30 Berita siang hampir habis yang artinya Sedikit lagi acara FTV dan kabar tak jelas soal artis akan menjejal ruang dengar kita. Sebaiknya saya keluar secepatnya menghirup angin segar serta ion-ion positif disekitar rumah.

[IJ] ~ #SebulanNgeblog

2 komentar:

  1. ini sih bukan teman lagi namanya tapi Sahabat banget :D
    Mereka selalu ada meskipun akhirnya membuat kita kesal dan malas melakukan aktivitas.

    saya jadi bingung? bisa gak sih memutuskan pertemanan dengan mereka :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. nah kan kak bukan cuma saya pale'na..hahaha

      Hapus

Post a Comment