"Kota Bone, Kota orang-orang beradat. kota kecil disalah satu pinggiran pulau Sulawesi. yang tak jarang mereka yang dari luar menyebut Bone kota sakral."
Akhir-akhir ini saya sedikit banyak merapat ke kota yang lama saya tinggalkan berhubung persoalan kerjaan yang mengharuskan saya kembali bersetubuh dengan kota satu ini. ada beberapa hal yang membuat saya full of taste di kota ini, dari senangnya bisa kembali bersama teman yang sudah lama tak bersua dan lain-lainnya. dan....jreng-jreng-jreng juga yang miris dimata saya. salah satunya, Lapangan Merdeka. sebelum saya menetap dikota ini kembali, dulunya saya sesekali duduk menghabiskan waktu disini. suasana riuh, sederhana dan mudah diakses karena posisinya tepat berada di tengah-tengah kota, membuat saya serasa berada ditempat yang paling sweet di dunia.haha tapi iya tempat ini jujur bikin kangen. nah, tepat malam tanggal 24 agustus 2014 saya sempat berkunjung lagi ketempat ini namun ternyata adalah malam terakhir tempat ini.hiks *tiba2lagu rhoma irama tapputar. besoknya tak ada lagi riuh-riuhan, sesekali saat lewat jalan sini saya perhatikan baliho yang tampak gagah mengitari lapangan merdeka dengan embel-embel desain futuristik yang seolah menidurkan kesal selepas beraktifitas dan menggantinya dengan angan-angan penuh warna. ini saya ngomong appahh!!! fyuhh
memang wajar ketika pemerintah sini segera merelokasi tempat ini. hampir saja, wajah Bone tercoreng dengan keadaan semrawut penjual jajanan yang tepat berada di pusat kota bahkan bersentuhan langsung dengan ikon Kota Bone. Lapangan Merdeka harus bersih. cut-cut.... sepenggal pemikiran tadi mungkin datang dari pihak yang pro-aturan-pemerintah. orang-orang yang yahh mungkin lupa ada orang yang kopi holic di bone..lahh kok saya. haha maksud saya ada segelintir orang yang juga merasa risih dengan hal ini. mungkin kurang lebih seperti saya.
pertumbuhan ekonomi di Bone memeng saya lihat meningkat, ruang publik juga mulai diberi perhatian yang lebih dan jelasnya sangat berbeda dengan keadaan Bone 5 tahun yang lalu. tapi bukan berarti pertumbuhan kota ini tak ada halang rintangnya, mungkin tidak bagi pemerintah tapi saya rasa jelas berat bagi orang-orang menancapkan mata pancaharian di Lapangan Merdeka tadi misalnya. alih-alih dibuatkan tempat seperti "Pinggir Sungai" ruang publik baru dan sekaligus pengganti Eks.LapMer tapi jelas akan berbeda keadaan ekonomi penjual jika dipikir-pikir. butuh waktu, yaa jelas butuh. apa saja jelas butuh waktu. tapi entahlah bagaimana nantinya, yang jelas nda boleh ada perut orang Bone yang belum terisi sebelum mereka terlelap dan mengarungi mimpinya sebagai Orang Bone.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Post a Comment