Deng Ile: Kapan E-learning Bisa Naik Gunung?

Desember 12, 2013

Kapan E-learning Bisa Naik Gunung?


Seorang pioner E-learning Bernard Luskin mengatakan dalam E-learning ada beberapa aspek yang include pada huruf 'E' yaitu meliputi: Exciting (Menarik), Energetic (Energik), Enthusiastic (Antusias), Emotional (Emosional), Extended (Berkepanjangan), Excellent (Sangat Baik), and Educational (Pendidikan)  selain itu pula Electronic (Elektronik). namun Parks menyarankan agar huruf E-nya lebih merujuk ke Everything, Everyone, Engaging and Easy. Jadi kurang lebih jika disimpulkan sebenarnya e-learning ini menjadi sebuah metode baru dalam dunia pendidikan yang di kembangkan untuk mempermudah semua orang bisa belajar, dengan memperhatikan nilai-nilai edukasi dan sesuai dengan nilai interest masing-masing orang.
 

"E-learning Untuk Guru dan Siswa"

 

Sekarang saya masih tercatat sebagai mahasiswa disebuah kampus di Makassar, memang didunia kampus hampir semua universitas disini sudah mulai menerapkan sistem pendidikan E-learning meski belum optimal menurut saya bahkan yang paling dominan pun masih E-learning yang menggunakan web-base training dan multimedia learning. Selain E-Learning sistem pendidikan yang biasanya pun berjalan dan masih menjadi sistem pendidikan jalur utama, E-learning masih di kesampingkan. Itu untuk wilayah kota sekelas Makassar, nah kalau kita berbicara lebih dalam kepelosok desa sekitaran sulawesi-selatan sedikit banyak kita akan mendapati hal yang bahkan belum tersentuh yang namanya elektronik. Dikampung, ibu saya adalah seorang guru bagitupun ayah saya namun jika ditanya soal komputer pasti nyerah. padahal dunia sekarang semakin maju dan bisa dibilang sistem komputasi adalah hal utama dalam kehidupan masyarakat. Begitupun di dunia pendidikan yang setiap detik ada saja update ilmu yang akan sangat bermanfaat jika di ajarkan ke siswa-siswa. bukan kebetulan saya juga seorang yang kuliah di jurusan komputer pernah mengajar ayah saya untuk mengoperasikan laptop dan akhirnya sedikit demi sedikit beliau sudah mulai mengerti bagaimana cara memutar DVD senam untuk diajarkan ke siswanya sewaktu pelajaran olah-raga, bukan main pula sudah banyak piala yang disabet untuk lomba-lomba senam meski untuk tingkat kecamatan dan kabupaten. Begitupun ibu saya minimal sudah bisa mengerjakan dokumen di microsoft office meski masih kebanyakan bingungnya sih, haha. Bahkan parahnya pernah seorang kepala sekolah memanggil saya untuk pulang kampung lantaran ada beberapa unit komputer yang baru saja di distribusikan ke sekolah tapi tidak ada tenaga yang tahu untuk mengoperasikannya. Dikampung saya memang tidak banyak orang tahu cara pakai komputer dan elektronik kalau pun ada yah hanya segelintir orang yang sering nongkrong di warnet dan itupun juga cuma tahunya main game online dan social media. Sedangkan untuk pemanfaatan teknologi kearah pendidikan bisa dibilang sangat memperihatinkan.

Pegunungan dan jalan yang sangat tidak memadai, hanya bisa dilewati dengan kendaraan roda dua. beginilah keadaan kampung saya. Diatas gunung ini ada sekolah SD seatap dengan SMP dengan jumlah murid yang lumayan banyaklah untuk kapasitas daerah terpencil. Jika memang begini keadaan dikampung saya solusi apa yang tepat untuk menumbuh kembangkan pemanfaatan teknologi dalam bidang pendidikan? nanti saya jelaskan.

Sejatinya E-Learning mencakup pemanfaatan teknologi meliputi :

Multimedia learning, pemanfaatan perangkat multimedia dalam pembelajaran.
Technology-enhanced learning (TEL), pengembangan teknologi dalam pembelajaran.
Computer-based instruction (CBI), instruksi berbasis komputer.
Computer-based training (CBT), pelatihan berbasis komputer.
Computer-assisted instruction (CAI), instruksi bantuan komputer.
Internet-based training (IBT), pelatihan berbasis internet.
Web-based training (WBT), pelatihan berbasis web (situs website) biasanya berbentuk forum online.
Online education, pendidikan dunia online yang lebih mengarah ke etika dalam berinternet.
Virtual education, pendidikan dunia virtual yang lebih mengarah ke edukasi perangkat mesin virtual.
Virtual learning environments (VLE), pembentukan lingkungan virtual beserta pembiasaanya.
M-learning, pemanfaatan perangkat mobile dalam pembelajaran.
Digital educational collaboration. dan pengabungan pendidikan dunia digital.

Dari banyak aspek diatas akan terlihat sangat sulit bila ingin diterapkan di daerah pelosok seperti kampung saya tapi sebenarnya bukan tidak mungkin jika banyak tenaga IT kampus yang disalurkan ke daerah-daerah terpencil dan yang tak tersentuh teknologi. Saya pikir dengan kerjasama departemen pendidikan bisa saja ada program pengembangan E-learning untuk daerah terpencil dengan memanfaatkan tenaga IT yang masih menjalani kuliah atau setelah kuliah untuk menciptakan dan membangun suasana teknologi (lingkungan virtual) di daerah terpencil. Karena menurut saya sebelum kita masuk pada pendidikan berbasis E-learning pertama-tama itu harus ada lingkungan virtualnya nya dulu. Misalnya: pengadaan perangkat teknologi, network, dan pendidikan tentang penggunaan E-learning itu sendiri. nah ketika itu sudah tercipta barulah E-learning yang sesungguhnya bisa diterapkan kepada guru dan siswa. Saya juga harus mengkritik sedikit soal pemanfaatan E-learning, biasanya sebelum itu didistribusikan ke daerah terpencil selalunya pengujian itu dilakukan di perkotaan saja atau daerah yang tingkat pendidikannya sudah melebihi taraf pendidikan di pelosok. Nah jelas akan tidak efektif jika nantinya di terapkan pada skala nasional. Jadi seharusnya pengujian E-learning dilakukan di daerah terpencil dulu, nanti setelah daerah terpencil mampu menjalankan sistem ini secara baik barulah diterapkan secara nasional. Kurang lebih itu pendapat saya jika dikaitkan masalah pemanfaatan E-learning untuk guru dan siswanya.

Lanjut, menurut Wikipedia. Media yang bisa digunakan dalam pendidikan berbasis E-Learning dimana media tersebut memiliki kemampuan untuk mengirim teks, suara, gambar,  animasi, dan streaming video (siaran video streaming). Dari penjelasan diatas kita bisa mengambil kesimpulan untuk penggunaan perangkat seperti mobile phone,  komputer/laptop, video / audio tape, satelit tv, dan untuk pembelajaran tingkat lanjut bisa menggunakan intranet/ekstanet lokal untuk web-base learning dan networking. Dari media diatas sebenarnya bukan tidak mungkin sangat mudah untuk dimanfaatkan namun lagi-lagi kita akan terbentur pada persoalan SDM, jadi benar-benar harus ada persiapan menuju pendidikan barbasis E-Learning, yah dengan jalan meningkatkan intensitas pendidikan tentang pendidikan berbasis E-learning pada tenaga pengajar nantinya. ditambah pelatihan sistem secara terpadu terhadap seluruh tenaga pengajar. saya kira itu.

Meski terlihat besar sekali peluang untuk menciptakan lingkungan belajar E-Learning bukan berarti ini tak akan mendapat halangan, contoh kecil beberapa bulan lalu saya pernah berbincang dengan seorang Dosen dari salah satu universitas di sulawesi tenggara, beliau adalah seorang pengajar di jurusan ilmu sosial. Beliau sendiri mengungkapkan bakal kesulitan-kesulitan yang akan bisa muncul jika E-learning di gunakan. saat saya tanya mengenai bagaimana  E-Learning menurut beliau. beliau mengatakan E-learning dikelas sepenuhnya akan sangat sulit diterapkan. Semisal  ada beberapa bagian dari E-Learning yang akan berbenturan dengan aspek penunjang terciptanya suasana kelas yang baik. Misalnya interaksi murid dan guru, E-learning berpeluang mampu mengurangi intensitas akan hal ini, sedangkan guru itu di tuntut mampu meningkatkan intensitas komunikasi dengan muridnya. Begitupun juga seperti yang saya jelaskan tadi mengenai masih kurangnya pengetahuan tentang pemanfaatan E-Learning itu sendiri. Jelas dosen yang juga teman saya.

Memang pada perjalanannya akan begini juga saya pikir. E-Learning akan berada pada titik tengah dalam aspek pembelajaran sehari-hari dimana tak lagi dibutuhkan seorang pengajar dikelas dan bahkan tak ada ruangan kelas pun belajarnya jadi. Itu juga harus dipikirkan apa dan bagaimana solusi yang baik agar E-Learning bisa menjadi sistem pendidikan baru untuk negara ini. Disisi lain E-Learning sendiri tidak boleh meninggalkan nilai-nilai yang menjadi landasan utama dalam pendidikan seperti spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan murid didik untuk dirinya dan masyarakat. Itu akan menjadi PR tersendiri untuk Departemen Pendidikan. hehe

Dan satu hal yang saya yakini bahwa setiap hal yang ada selalu ada kebaikan dan keburukan yang akan mengikutinya. Toh sistem pendidikan sekarang pun masih jauh dari ekspektasi yang kita bayangkan dari dunia pendidikan. Makanya jika memang tak ada lagi halangan sebaiknya dan secepatnya pendidikan berbasis E-Learning ada diantara pendidikan jalur utama dan berjalan berdampingan. Dengan itu akan lebih cepat pula disempurnakan dan dikembangkan kearah yang lebih baik.hehe itu saja sih menurut saya, semoga bermanfaat. wassalam.

           


Tags: Indonesia Berprestasi, Lomba Blog, XL, E-Learning, Guru dan Siswa.

Teman-teman yang punya masukan atau kritikan silahkan di post sebagai komentar untuk membantu saya dalam penulisan tentang E-Learning selanjutnya. Masukan, Saran dan Kritikan teman-teman juga akan dijadikan bahan pertimbangan untuk bisa kita diskusikan lebih lanjut. Terima kasih


Tulisan lain soal guru lihat disini :

Aminkan Tuhan Tak Lupa Guru

Teman-teman juga bisa ngasih komentar-komentar lewat sini.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post a Comment